Kredit : Siti Wan Mahani
Menurut Ibnu Jamaah dalam risalah kecil berjudul Tadzkirah al-Sami’ wa al-Mutakallim fi adab al-‘alim wa al-Muta’allim peletakan kitab berdasarkan kedudukan sebuah ilmu, kemuliaannya, ataupun penulis, serta kehormatannya. Ini bila buku-buku tersebut disusun dengan posisi meningkat ke atas, bukan menyamping. Susunan yang diberikan oleh Ibnu Jamaah adalah sebagai berikut:
Pertama, Al-Qur’an ada di posisi paling atas. Sebab al-Quran adalah sumber dari semua ilmu. Letakknya pun diusahakan suci. Meletakkan al-Quran di posisi paling atas merupakan bentuk memuliakannya. An-Nawawi dalam al-Majmu’ mengatakan:
أجمع العلماء على وجوب صيانة المصحف واحترامه
Ulama sepakat mengenai wajibnya menjaga mushaf Al-Qur’an dan memuliakannya
Kedua...kitab matan hadis, seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, atau semacamnya. Sebab hadis bersumber dari Nabi Muhammad.
ما اثِرَ عنِ النبى ص م مِن قولٍ أو فعل أو تقرير أو صفة أو خَلْقِيّةٍ أوسِيَرَةٍ،سواء كان قبل البِعْثَةِ أو بعدها
Segala yang bersumber dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya
Ketiga...kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dan syarah hadis, seperti Tafsir al-Jalalain, Ibnu Katsir, syarah Shahih Muslim, syarah Shahih Bukhari, dan lain-lain.
Keempat.... kitab Ushuluddin, yaitu buku-buku agama yang menerangkan tentang tauhid dan akidah.
Kelima...kitab Ushul Fikih. Keenam, Fikih. Dan ketujuh, Ilmu Nahwu, Sharaf, Syair, ataupun ‘Arudh.
Apabila ada dua kitab yang kedudukannya sama, kitab yang memiliki kandungan Al-Quran dan hadis lebih banyak didahulukan. Jika masih tetap sama, acuannya adalah kemuliaan pengarangnya. Jika masih setara maka kitab yang lebih dulu dikarang. Dan jika tetap seperti itu, maka yang paling banyak sampai di tangan ulama dan para auliya untuk diajarkan.
Wallahu taala a’lam.🌹
Copy and paste:
11 Februari 2020 / 17 Jamadil Akhir 1441H
4.29 pagi
No comments:
Post a Comment