Saturday 28 March 2020

INDONESIA – MALAYSIA ABAD KE – 16 DALAM SEJARAH DUA BANGSA (TUN SRI LANANG RAJA SAMALANGA).

KREDIT: FB SEJARAH ALAM MELAYU
Tun Sri Lanang adalah Raja Samalanga yang berasal dari negeri seberang Malaysia pada abad ke – 16 atau tahun 1613, yang di gelar dengan Datok Bendahara Negeri Johor di bawa ke Aceh setelah Johor ditakluki oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) bersama 2 ribu penduduk semenanjung lainnya, hampir semua penduduk di negeri Johor beserta petinggi lainya bermigrasi ke Aceh, diantaranya adalah Raja Husein (Iskandar Thani), Puteri Pahang atau nama aslinya Puteri Kamaliah (Putroe Phang) orang Aceh menyebutnya.
Datok Bendahara (Perdana Menteri) Tun Sri Lanang nama aslinya Tun Muhammad yang dilahirkan di Selayut Batu Sawar Johor lama pada tahun 1565, Tun Sri Lanang adalah Tun Muhammad (Datok Bendahara orang kaya sri paduka Tun Seberang) mempunyai sambungan silsilah sampai ke Mani Purindan sebagai berikut:
Tun Sri Lanang bin Tun Genggang bin Tun Jenal bin Tun Mad Ali bin Tun Hasan bin Tun Mutahir bin Tun Ali Sari Nara Bin Mani Purindan30..
Di Negeri Johor Malaysia Tun Sri Lanang menikah dengan Tun Aminah binti Tun Kadut bin Seri Amar Bangsa Tun Ping bin Tun Hasan bin Tun Biajid Rupat bin Bendahara Seri Maharaja, dari pernikahannya dengan Tun Aminah mempunyai empat anak yaitu tiga orang laki-laki dan satu perempuan.
Yang laki-laki bernama :
1. Tun Anum (BSM)
2. Tun Mat Ali (BPM)
3. Tun Jenal dan (BS/BPR)
4. Tun Gembuk31
Setelah di Aceh Tun Sri Lanang menikah lagi dan mempunyai seorang anak bernama Tun Rembau bergelar Teuku Tjik Di Blang Panglima Perkasa32 Dalam sejarah melayu anak cucu Tun Seri Lanang kemudian menjadi para bangsawan di Malaysia, yaitu Sultan di Tringganu, Johor, Pahang dan Selangor. Pada tahun 1613 setelah peristiwa Batu Sawar Tun Sri Lanang hijrah ke Aceh Darussalam bersama keluarga Sultan Alauddin termasuk adiknya Raja Bungsu dan bersama mareka dibawa dua ribu penduduk Johor ke Aceh dan kemudian bermukim di Samalanga. Secara tradisional Jabatan penting dalam Kesultanan Melayu merupakan jabatan warisan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut satu riwayat setelah Tun Sri Lanang pindah ke Aceh dan putra tertua di Malaysia bernama Tun Anum diangkat menjadi Bendahara Johor berikutnya. kemudian Tun Anum ini diduga meninggal dunia bersama pembesar Johor lainnya akibat wabah penyakit pada tahun 1642 dan di makamkan di Makam Tauhid ( Makam Sayed)35. Setelah Tun Anum mangkat adiknya yang bernama Tun Jenal diangkat menjadi Bendahara dengan gelar Paduka Raja atau Bendahara Sekudai. Tun Jenal merupakan bendahara Johor yang berjasa melepaskan Malaka dari penjajah Portugis tahun 1941 Masehi. Peristiwa pelepasan malaka dari Portugis tercatat dalam hikayat Hang Tuah.
Keturunan Tun Jainal bergelar Bendahara Paduka Raja (BPR) alias Datuk Sekudai ini mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan Said Zainal Abidin dari Aceh yang mempunyai seorang anak perempuan bernama Dato Maharaja Diraja. Dato Maharaja Diraja mempunyai dua orang putra yang bernama Sayid Jak’far alias Datuk Pasir Raja dan Habid Abdullah BSM.

B. Latar Belakang Hijrah.
Tun Sri Lanang di bawa ke Aceh Darussalam oleh Sultan Iskandar Muda dan diperlkukan dengan sangat baik dan diberikan kekuasaan oleh Sultan Iskandar Muda wilayah Samalanga yang di batasi dengan Krueng Ulim dan Krueng Jeumpa. Wilayah kekuasaan Tun Sri Lanang sekarang ini masuk Kabupaten Pidie Jaya dan sebahagian Kabupaten Bireuen. Sebelum memimpin negeri Samalanga pada tahun 1615-1659 M) Tun Sri lanang merupakan seorang bendahara atau Perdana Menteri di Kerajaan Pahang kemudian Sultan Iskandar Muda bertekad ingin mengembangkan ajaran Islam di kawasan pesisir timur dan memperluas kepemimpinannya maka diangkatlah Tun Muhammad (Tun Sri Lanang) menjadi Raja Samalanga. Pada masa pemerintahannya Tun Sri Lanang berhasil menjadikan Samalanga sebagai Pusat pengembangan Islam di kawasan timur Aceh disamping itu Tun Sri Lanang juga ahli dalam mengatur roda-roda pemerintahan dan juga dikenal sebagai pujangga melayu, karyanya monumental adalah kitab Sulalatus Salatin yang ditulis atau di karang mulai tahun 1614 dan selesai Januari 1615. Sulalatus Salatin adalah mahakarya Tun Sri Lanang yang menembus keterbatasan waktu relevansi nilai-nilai untuk dikaji dan diamalkan di setiap zaman, dari kitab tersebut yakni dengan mendudukan realitas kekinian membuktikan bahwa kitab ini senantiasa dapat dijadikan rujukan utama dalam membedah timbunan problem sosial yang dapat terselesaikan. Sulalatus salatin yang mempunyai arti “peraturan raja-raja” merupakan sumber kekayaan intelektual yang melimpah isi di dalamnya. Selain itu didalamnya berikan hikayat raja-raja melayu dan nusantara juga kitab ini mengetengahkan khasanah adat istiadat serta nasehat bagi para pemimpin dan masyarakat.

C. Peristiwa Laut.
Sebelum hadir Tun Sri Lanang ke wilayah Samalanga, masyakatnya disini tergolong tertip dan makmur yang di pimpin oleh Hakim Peut Misei dan 11 tokoh lainnya namun belum ada seorang Raja atau Hulu Balang, disini sangat butuh seorang pemimpin, mareka bermusyawarah dan mengajak seluruh warga untuk mengangkat seorang dari mareka menjadi pemimpin ( Hulu Balang) numun dalam bermusyawarah tersebut saling mengeluarkan pendapat yang berbeda-beda dari musyawarah tersebut tidak menghasilkan satu keputusan apapun, kemudian mareka mengambil satu kebijakan untuk mencari jalan keluar ataupun solusinya terbaik agar bisa menentukan siapa diantara mereka yang akan menjadi pememimpin wilayah baru ini, mareka harus ke Kuta Raja untuk menghadap Sultan Iskandar Muda.
Kemudian Tokoh masyarakat empat Miese dengan 11 orang lainnya berangkatlah ke Kuta Radja untuk menghadap Sultan Iskandar Muda dan Tun Seri lanang di ajak untuk ikut tetapi sebagai pengemudi perahu dari Samalanga menuju Kuala Aceh atau Kuta Radja. Setibanya di Istana mareka menghadap Sultan dan menyampaikan perkembangan Samalanga dan juga maksud utama kedatangannya agar salah seorang dari mareka diangkat menjadi Hulubalang pertama Samalanga, dan saat menghadap Sultan Iskandar Muda, Tun Sri Lanang yang menyamar sebagai tukang pengemudi perahu tidak diikutkan untuk menghadap.Setelah mengdengar laporan dari tokoh masyarakat itu Sultan Iskandar Muda sangat senang dan menerima permintaan mereka kemudian Sultan menanyakan berapa orang yang ikut semuanya dari seberang, apa ada yang masih tinggal ?bila ada tolong panggil semua kemudian Tun Sri Lanang juga diajak ke Istana setelah lengkap semua Sultan Iskandar Muda mengajukan syarat untuk menjadi hulubalang di Samalanga harus mempunyai Siwah bergagang emas seperti yang terselip dipinggangnya. Syarat yang diajukan Sultan membuat para tokoh masyarakat berkecil hati karena tidak ada siwah bergagang emas seperti yang dimiliki Sultan Mahkota Alam tersebut. Akhirnya mareka meminta petunjuk kepada Puteri Pahang yang dikenal bijak, kemudian Putri Pahang meminta kepada Baginda Raja yang akan memimpin Samalanga yang cocok memakai Peci dan Cicin resmi yang disiapkan oleh kerajaan, Baginda Raja setuju dengan permintaan Putri Pahang tersebut, setelah puas dengan apa yang dititahkan sultan mareka kembali ke Samalanga dengan naik perahu yang sama yang di kemudikan oleh Tun Seri Lanang. Dalam perjalanan pulang Tun Seri Lanang berdiri di depan perahu ketika itu hembus angin sehingga pakaiannya terhempas, terlihatlah di pinggang Tun Seri Lanang terselip Siwah yang bergagang emas seperti permintaan baginda raja. Tokoh-tokoh masyarakat ini terkasima kemudian secara bersamaan mareka mendekati Tun Seri Lanang untuk merebut Siwah tersebut. Terjadilah perlawanan yang tidak seimbang satu lawan sebelas orang namun Tun Sri Lanang tetap mempertahankan hak miliknya, akhirnya Tun Seri Lanang di ceburkan kelaut karena tidak mau menyerahkan Siwah yang dimilikinya dan kejadian ini dikenal dengan peristiwa laut.
Setelah tujuh hari tujuh malam terapung dilaut dan masih hidup kemudian Tun Seri Lanang di selamatkan oleh Teuku Nek Meruraxa panglima Nyak Doom dan Mahareja Lela Keujroen di kawasan Laweng. Kemudian Puteri Pahang menyuruh panglima Nyak Doom dan Maharaja Lela untuk mengukur Peci dan Cincin untuk Tun Seri Lanang setelah itu Tun Seri Lanang disuruh Puteri Pahang untuk berlayar ke Samalanga dengan menyamar sebagai nelayan yang mempunyai keahlian melihat bintang dengan berpakaian seperti layaknya seorang nelayan. Sesampai di Samalanga sebelas orang tokoh Samalanga bertemu lagi dengan Tun Sri Lanang, mareka tidak pernah menduga bahwa Tun Sri Lanang masih hidup dan tidak mengenali lagi Tun Sri Lanang kemudian mareka mengajak lagi Tun Sri Lanang dengan menggunakan jasa angkutannya membawa mareka dari Samalanga ke Kuala Aceh, Tun Sri Lanang biasa saja tanpa banyak komentar menuruti permintaan tokoh-tokoh masyarakat Hakim Peut Misei. Setibanya di Istana ke sebelas orang tokoh ini satu persatu dicoba untuk memakai Peci dan Cincin yang telah disiapkan Puteri Pahang dan saat itu Tun Sri Lanang juga tidak diajak ke Istana, kemudian ke 11 orang tokoh ini satu persatu dicoba memakai Peci dan Cincin namun tidak ada satu orangpun diantara mareka yang sesuai dengan ukuran jari kelingking maupun kepala mareka, dalam situasi itu tuan Puteri bertanya kepada mareka apakah masih ada orang lain yang belum masuk ke Istana ? dengan kesal mareka menjawab “ masih ada tuan putrid” tetapi hanya seorang tukang perahu yang membawa kami lalu diminta masuk ke Istana untuk mencoba cincin dan peci yang sudah dipersiapkan tentu saja sangat sesuai dengan ukuranya karena memang sudah dipersiapkan dan sejak saat itu Tun Sri Lanang langsung di lantik sebagai HuluBalang (Raja) Samalanga setelah diberikan pakaian kerajaraan oleh Sultan Iskandar Muda. Dalam waktu yang bersamaan melaporkan kepada Sultan Iskandar Muda peristiwa laut yang terjadi ketika Tun Sri Lanang diceburkan ke Laut, setelah Sultan Iskandar Muda mengetahui kejadian yang murka terhadap Tun Sri Lanang, Sultan Langsung mengambil keputusan dan memerintahkan kepada Algojo untuk menghukum pancung bagi Hakim Peuet Misei dan 11 orang lainya. Demikian peristiwa Laut yang menimpa Tun Sri Lanang.

D. Tun Seri Lanang Membangun Samalanga.
Pada masa Sultan Iskandar Muda salah satu wilayah atau daerah yang mengalami kekosongan penduduk adalah Samalanga dan pada awalnya samalanga merupakan wilayah taklukan Aceh Darussalam. Untuk mengisi kekosongan wilayah ini Sultan Iskandar Muda membawa orang-orang dari Johor dan Pahang termasuk sebahagian pembesarnya ke kawasan ini. Seperti dicatat oleh W. Lenahan dalam History of Pahang :
“ The Whole territory of Aceh was almost depopulated by war. The king endeavoured to repeople the country by his conquests. Having ravaged the king doms of johore. Pahang, kedah, perak, Deli, transported the inhabitants from those place to Aceh he number of twenty-two thousand person”
Selain mendiami kawasan yang ada mareka juga memperluas wilayah samalanga dengan membersihkan hutan secara bergotong royong untuk kebutuhan pangan penduduk bercocok tanam dan hasilnya akan di bagi-bagikan kepada yang membutuhkan, daerah semakin luas dan maju dari ke hari keadaan ekonomi samalanga semakin membaik mulai dari pentanian, nelayan, perkebunan semakin maju. Tun Seri lanang menjadi pelopor pembuatan perahu untuk kebutuhan mencari nafkah di laut dan juga sarana transportasi. Pada masa itu samalanga belum masuk dalam target penjajahan portugis karena wilayahnya yang agak masuk kedalam sehingga hasil bumipun selamat dari ancaman penjajah, wilayah samalanga diberikan kekuasaan yang otonom kepada Tun Sri Lanang oleh Sultan Iskandar Muda bebas mendirikan fasilitas ibadah dan pendidikan sebagai Raja Samalanga di bawah naungan Aceh Darussalam Tun Sri Lanang tetap menjaga hubungan dengan pemerintahan pusat di Kuta Raja. Tun Sri Lanang sangat setia kepada Sultan Iskandar Muda dan Putri Pahang (Putro Phang).
Orang Melayu Nusantara terutama yang bergelut di bidang sastra pasti mengenal tokoh ini sebagai budayawan lewat bukunya Sulalatus Salatin atau lebih popular dengan sejarah melayu Tun Sri Lanang menunjukkan kepiawaian bidang sastra, sejarah, dan agama Islam.
Hasil Penelitian seorang Profesor Liguistik Universitas Malaya Asma Hj Omar47 menunjukkan bahwa belio menguasai ilmu adat-istiadat, peraturan pemerintahan, dan menguasai ilmu agama islam yang mendalam.

E. Istana Tun Sri Lanang (Rumoh Krueng).
Istana Tun Sri Lanang atau yang dikenal dengan nama Rumoh Krueng adalah sebuah bangunan tempat tinggal Tun Sri Lanang tahun 1613-1659. Yang terletak di Mukim Kuta Blang Kecamatan Samalanga. Istana Tun Sri Lanang terbuat dari kayu beratap rumbia yang menghadap ke arah selatan dengan denah persegi panjang yang berukuran 18 x 12,17 meter. Istana ini memilki bentuk atau ciri khas bangunan tradisional Aceh :antara lain berbentuk rumah panggung dengan tiang-tiang kayu bulat yang tingginya 2,40 meter, mempunyai atap tampung lima, mempunyai dua kamar tidur, memunyai dua serambi atau seramoe keue dan seramo likoet yang berfungsi : seramoe keue (serambi depan) untuk tempat bertamunya kaum laki-laki dan seramoe likoet atau serambi belakang untuk tamu-tamu kaum perempuan. Kemudian pada bagian tengah terdapat 2 kamar tidur dalam bahasa Aceh disebut Juree yang berukuran 3.00 x 5.00 meter yang pintu kamarnya berhadapan yang berda di sisi barat dan timur dan tiap kamar mempunyai satu jendela. Secara umum bangunan atau Istana Tun Sri lanang ini didominasi oleh warna putih dengan pemakaian warna hijau sebagai penegasan bentuk elemen bangunan. Pada bagian depan dinding utara terdapat anjungan dengan bentuk dan komponen bangunan.

F. Makam Tun Seri Lanang.

Makam Tun Sri Lanang berada di Desa Lueng kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Tun Sri Lanang meninggal dunia pada thun 1659 dan bentuk batu nisannya menyerupai batu nisan Tun Habib Abdul Majid di Kota tinggi Johor. Makam ini berada di koordinat UTM 47 N 0206501 0574937 dan saat ini makam berada dalam sebuah cungkup yang dilindungi pagar pembatas setinggi 0,90 meter berada di sebelah timur bangunan Istana Tun Sri Lanang dengan batas-batas sebagai berikut :
– Sebelah Utara berbatasan dengan kebun
– Sebelah Timur berbatasan dengan komplek Makam
– Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Desa Lueng
– Sebelah Barat berbatasan dengan Istana Tun Sri Lanang.

Nisan Makam Tun Sri Lanang berbentuk Pilar dengan ketinggia 0,90 meter terbuat dari batu andesit Makam ini terdiri dari dua cungkup dan batu Nisan berbentuk persegi berukuran 6,80 x 4,66 meter. Dasar Nisan persegi empat dengan ornament bervariasi motif bugong ajoe-ajoe dan pada bagian bawah tubuh nisan berbentuk hexagonal dengan ornamen variasi bunga lotus yang terukir mengilingi bagian bawah tubuh nisan. Bagian punggung nisan berbentuk tumpul yang dilanjutkan dengan puncak bentuk gunongan. Batu nisan ini berdasarkan klasifikasi yang disusun oleh Othman termasuk klasifikasi batu nisan Aceh Tipe M dengan kurun waktu 1700 – 1800.

G.Silsilah Tun Sri Lanang

Keturunan Bendahara Paduka Raja Tun Muhammad @ Tun Sri Lanang Malaysia
Tun Sri Lanang
Datuk Bendahara yang ke Aceh
Tun Anum BSM
Tun Jenal BPR
Datuk Sekudai
Tun Mat Ali
Tun Rembau Seri Paduka di Aceh
Panglima Bandar Darul Salam a.p.k Saiyid Al Aidrus campuran keluarga atjeh dari kampong pasir atjeh2
Tun Habab @ Tun Pikrma1 k. Tun Rabiah a.p. Seri Perdana Menteri AchehTun Mansur
Tun Acheh @ Bendahara Darussalam
Tun Ali
Tun Sulong
Maharaja Di raja k.a.p Orang kaya Darma
Tun Habib Abdul Majid BSM ( Mardum Padang Saujana ) thn1688-1697 )
Safyid Jaafar
Datuk Pasir Raja,Muar ( 1699 )
Tun Zainal Abidin Sultan Zainal Abidin 1 Sultan Terengganu 1
( 1726-1733)
Tun Abdul Jalil BPR, Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV ( 1699-1720 )
Datuk Sekudai
Bendahara Di Pahang
Sultan-Sultan Riau Lingga
Sultan-Sultan Terengganu
Temenggong Di Johor
Sultan-Sultan Di Johor, Pahang dan di sebelah perempuan di Selangor dan Terengganu
Keturunan Tun Sri Lanang
Di Aceh Sumatera
Tun Sri Lanang
T. Hamid Azwar Menikah Tjut Djariah Hj. Pocut Haslinda Azwar ( Almh ) Pocut Hilda Azwar di Bukit tinggi 1947
Teuku Syaiful Azwar
Teuku Verdy Azwar
Tgk. Tjoet Amat
Tjik Dja’far ( Njak Pha )
Alam Shah Poetik
T. Nyak Gading
T. Tjik Nyak Gam
T. Tjik Muda Hassan
T. Tjik DiBlang Panglima Perkasa
T. Tjik Idris Perkasa
T. Njak Banta
T. Muda Nyak Itam
T. Tjik Muda Boegih
Poetjoet Meuligoe ( Radja-Ma )
Pahlawan Putri Samalanga
T. Tjik M. Ali Basjah
H. Kesimpulan
Sejarah merupakan perbendaharaan terbesar dalam perjalanan peradaban manusia kearifan, keagungan manusia masa lalu. Tun Sri Lanang adalah seorang pujangga, pejuang dan penulis juga dikenal ahli dalam ilmu pemerintahan yang monumental lewat karya-kryanya dalam kitab Silalatus Salatin ( Peraturan Raja-Raja). Tun Sri Lanang menurunkan garis keturunan di dua bangsa Malaysia – Indonesia. Di Malaysia keturunannya para Sultan Melayu, Sultan Pahang, Sultan Johor, Sultan Trengganu dan Sultan Selangor, dan di Aceh menurunkan garis keturunannya adalah Pocut Meuligoe ahli waris ke-5 juga seorang pejuang yang berani dan mampu memimpin perlawanan terhadap belanda hingga ter usir dari Samalanga. Peran besar Tun Sri Lanang dalam melahirkan tokoh-tokoh penting bangsa serumpun maupun peñata peradaban melayu nusantara perlu mendapat perhatian jejak-jejak peninggalan Tun sri lanang yang tersebar di berbagai daerah dan perlu ditetapkan situs sejarah melayu di Samalanga.
Menurut Winstedt kitab ini di tulis selama setahun mulai Februari 1614 dan selesai tahun 1615 dalam kitab ini juga menggambarkan tentang adat istiadat, silsilah kerajaan, silsilah raja dan sejarah kerajaan melayu. Warisan budaya bangsa melalui jejak-jejak masa lampau sangat berharga dapat mencerminkan para pendahulu baik dalam ruang lingkup local, nasional hingga multi nasional.
Tun sri Lanang dapat dijadikan simbul tali persaudaraan keakraban antar Negara yang mentradisi keturunan secara turun temurun terus terpelihara. Sesungguhnya masih banyak mutiara sejarah yang terpendam dan perlu diekplorasi demi menjaga warisan leluhur ke generasi berikutnya.
Copy and paste: 28 March 2020 / 3 Syaaban 1441H : 7.22 pm

No comments: