Wednesday, 17 April 2019

SRIKANDI ISLAM: UMMU SULAIM

Ummu Sulaim, nama sebenarnya Rumaisha binti Milhan telah memeluk Islam ketika Abu Thalhah, salah seorang yang terkemuka dari penduduk Madinah yang masih musyrik melamarnya.
Dia adalah seorang janda dari pernikahannya di masa jahiliyah dengan Malik bin Nadhar. Sedangkan anaknya, Anas bin Malik ra adalah salah seorang sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadis.
Atas lamaran Abu Thalhah itu, ia berkata,
"Wahai Abu Thalhah, Demi Allah tidak ada wanita yang akan menolak lamaran orang yang sepertimu. Tetapi aku seorang wanita muslimah dan engkau seorang yang kafir, disebabkan itu aku tidak dibenarkan menikah denganmu. Jika engkau mahu, masuklah kamu ke dalam agama Islam dan itulah mahar yang ku minta, dan tidak akan meminta mahar yang lainnya lagi!"
Kerana memang terlalu suka, Abu Thalhah menyetujui permintaan Ummu Sulaim untuk memeluk Islam. Mahar telah diberikan oleh Abu Thalhah, yakni keislamannya tersebut, maka Ummu Sulaim berkata kepada anaknya,
"Hai Anas, nikahkanlah ibumu ini dengan Abu Thalhah."
Seorang sahabat bernama Tsabit berkata,
"Aku tidak pernah mendengar seorang perempuan yang mahar pernikahannya lebih utama daripada maharnya Ummu Sulaim."
Dari pernikahannya dengan Abu Thalhah, Ummu Sulaim mempunyai anak yang bernama Abu Umair. Nabi saw sering bermain dengan Abu Umair ketika berkunjung ke rumah Abu Thalhah.
Suatu ketika, Abu Umair menderita sakit yang cukup parah. Pada waktu yang sama, Abu Thalhah ada urusan, keluar dalam waktu agak lama dan ketika itu anaknya meninggal dunia.
Kerana suaminya tidak ada di rumah, Ummu Sulaim mengurus sendiri jenazah anaknya. Dia memandikan dan mengkafannya serta membaringkannya di tempat tidur.
Hari itu Abu Thalhah sedang berpuasa sunat, Ummu Sulaim menyiapkan makanan bagi suaminya untuk berbuka. Dia juga berhias dan memakai wangi-wangian untuk menyambut suaminya.
Malam harinya Abu Thalhah pulang, dia berbuka dengan makanan yang disiapkan isterinya. Dia bertanya tentang keadaan anaknya yang sakit dan Ummu Sulaim menjawab,
"Alhamdulillah, dia dalam keadaan yang baik-baik saja. Engkau tidak perlu memikirkan keadaannya lagi."
Tujuannya untuk menenangkan suaminya tanpa perlu berdusta. Kerana sudah meninggal, sudah tentu tidak perlu difikirkan lagi.
Abu Thalhah menjadi tenang, dia meneruskan makannya. Malam itu dia juga menggauli istrinya, kemudian tertidur.
Ketika bangun pagi harinya, Ummu Sulaim yang sudah bangun terlebih dulu bertanya,
"Wahai suamiku, seandainya seseorang diberi suatu amanah, kemudian pemiliknya mengambilnya kembali, haruskah dia mengembalikannya kembali?"
"Tentu," Kata Abu Thalhah.
"Dia harus mengembalikannya, dia tidak punya hak untuk menyimpannya!"
Ummu Sulaim menjelaskan keadaan anaknya,
"Suamiku, Allah telah mengamanatkan Abu Umair kepada kita, namun kini Dia telah memanggilnya kembali kelmarin."
Mendengar penjelasan itu, Abu Thalhah jadi sedih dan sedikit marah. Dia kesal kerana Ummu Sulaim tidak memberitahunya semalam. Dia menemui Nabi saw dan mengadu apa yang dilakukan isterinya.
Ternyata Rasulullah saw memuji kesabaran dan apa yang dilakukan Ummu Sulaim tersebut, baginda juga mendoakan,
"Semoga Allah swt memberkati hubungan mu malam tadi dengan isterimu."
Doa ini menjadi kenyataan. Dari hubungannya itu, Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah.
Lama berselang setelah Nabi saw wafat, Abdullah mempunyai 9 anak yang semuanya hafaz Quran (al-Hafiz).
TERLIBAT DALAM PERTEMPURAN
Walaupun seorang wanita, Ummu Sulaim juga terlibat dalam beberapa pertempuran. Dalam Perang Uhud, bersama Ummu Mukminin Aisyah ra, dia mengisi bekas-bekas air dan memberikan pada para mujahid yang memerlukannya. Dia juga merawat mereka yang sakit dan terluka dalam pertempuran itu.
Dalam Perang Hunain, ketika itu dia yang sedang mengandung anaknya, Abdullah bin Abu Thalhah tidak menghalanginya untuk ikut berjuang. Dia berdiri dekat dengan khemah Nabi saw sambil memegang tombak. Ketika Nabi saw bertanya tentang tombaknya, dia berkata,
"Jika ada orang kafir yang mendekatimu, aku akan lemparkan tombak ini ke perutnya!"
Kredit: Ibnu Ghufron
-Debu-
Copy and paste: FB Kebangkitan Bani Jawi (Nusantara)
17 April 2019: 11.02 am

No comments: