SUMBER: INDAHNYA ISLAM
Hari ini menandai peringatan berakhirnya kekuasaan hampir 700 tahun Muslim Afrika atas Sepanyol, Portugis dan Selatan Perancis.
480 tahun yang lalu Raja Phillip III Spanyol menandatangani perintah, yang menjadi salah satu contoh paling awal pembersihan etnik. Ditengah praktik inkuisisi Spanyol, Raja Phillip III memerintahkan pengusiran 300 ribu Muslim Morisco, yang menandai episode paling brutal dalam sejarah Spanyol.
Berbeda dengan apa yang terjadi sekarang ini, bangsa Afrika-lah yang membawa peradaban ke Spanyol dan bagian besar Eropa lainnya, bukan sebaliknya.
Peradaban pertama Eropa dibangun di pulau Kreta, Yunani pada 1700 SM dan bangsa Yunani dididik oleh kulit hitam Afrika dari lembah sungai Nil. Bangsa Yunani kemudian meneruskan budaya yang didapatkannya ke bangsa Romawi yang kemudian menghilangkannya, kemudian berganti dengan Abad Kegelapan yang berlangsung selama lebih dari 5 abad. Peradaban tersebut kemudian diperkenalkan kembali ke Eropa ketika sekelompok bangsa kulit hitam Afrika, Moor yang mengakhiri periode kegelapan Eropa.
Ketika sejarah diajarkan di Barat, periode yang disebut “Abad Pertengahan” sebenarnya dimaksudkan sebagai “Abad Kegelapan” yang menggambarkan periode dimana peradaban, termasuk seni dan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran. Ini benar-benar terjadi kepada bangsa Eropa, bukan Afrika.
Sejarawan terkenal, Cheikh Anta Diop menjelaskan bagaimana selama Abad Pertengahan, beberapa imperium dunia pada waktu itu adalah imperium kulit hitam, dan pusat-pusat pendidikan dan budaya pada waktu itu didominasi oleh bangsa Afrika. Selama periode itu, bangsa Eropa adalah bangsa barbar yang tidak mengenal hukum.
Setelah kejatuhan imperium Romawi, pelbagai suku kulit putih saling berperang di Caucus terdesak ke Eropa Barat oleh invasi bangsa Hun. Bangsa Moor menginvasi pantai Spanyol pada 711 dan sejak itu Muslim Afrika mengenalkan peradaban kepada para suku kulit putih Caucus yang barbar. Bangsa Moor pada akhirnya menguasai seluruh Spanyol, Portugis, Afrika Utara dan selatan Perancis selama 700 tahun.
Meskipun generasi para penguasa Perancis mencoba menghilangkan era ini dari catatan sejarahnya, para arkeolog dan ilmuwan sekarang ini mengungkapkan cahaya ini, bagaimana bangsa Moor yang maju di bidang matematika, astronomi, seni dan filsafat membantu mengangkat Eropa dari Abad Kegelapan menuju Renaisans.
Salah satu sejarawah terkenal Inggris Basil Davidson mencatat bahwa selama abad 8 masehi, tidak ada tanah “yang lebih dihormati para tetangganya atau lebih nyaman untuk hidup ketimbang peradaban Afrika kaya yang berada di Spanyol.”
Bangsa Moor tidak diragukan lagi adalah bangsa kulit hitam dan penyair Inggris William Shakespeare menggunakan kata Moor sebagai sinonim untuk Afrika.
Pendidikan adalah hal yang umum bagi Muslim di Spanyol, sementara Eropa pada waktu itu, 99 persen penduduknya buta huruf dan bangka raja sendiri tidak bisa baca tulis. Bangsa Moor menunjukkan sebagai bangsa dengan angka melek baca tertinggi pada masyarakat pra modern. Selama era itu pula, jika Eropa hanya punya 2 universitas, bangsa Moor sendiri punya 17 universitas. Para pendiri Universitas Oxford terinspirasi untuk membentuk lembaga pendidikan setelah mengunjungi universitas-universitas di Spanyol. Menurut Badan Pendidikan PBB, universitas tertua yang masih beroperasi hingga kini adalah Universitas Al Karounine Maroko didirikan pada saat kejayaan imperium Moor pada 859 oleh seorang perempuan kulit hitam bernama Fatima al Fihri.
Dalam bidang matemaitka, angka 0, angka-angka Arab dan sistem desimal diperkenalkan ke Eropa oleh Muslim, membantu mereka memecahkan problem dengan lebih cepat dan akurat, serta meletakkan landasan bagi revolusi sains.
Perhatian sains bangsa Moor mencakup juga penerbangan dan para cerdik pandai, Ibnu Frinas menjadi ilmuwan pertama yang melakukan uji coba terbang pada 875. Pelbagai arsip sejarah menunjukkan bahwa upayanya tersebut berhasil, namun pendaratannya agak kurang sukses. Bangsa Afrika terbang 6 abad lebih dahulu sebelum Leonardo Da Vinci mengembangkan konsep benda terbang.
Jelas, bangsa Moor membantu mengangkat bangsa Eropa dari Abad Kegelapan, dan menjadi jalan bagi periode Renaisans. Kenyataannya, beberapa terminologi yang bangsa Eropa modern banggakan berasal dari peninggalan Muslim Spanyol, seperti perdagangan bebas, diplomasi, perbatasan terbuka, etika, navigasi maritim, metode riset dan penemuan maju di bidang kimia.
Pada saat bangsa Moor membangun 600 tempat pemandian umum dan para penguasa mereka hidup di istana-istana megah, kerajaan-kerajaan di Jerman, Perancis dan Inggris mempercayai bahwa kebersihan adalah bentuk perbuatan dosa, sementara para raja mereka tinggi di kandang besar tanpa jendela dan ventilasi, kecuali hanya satu lubang diatap untuk keluarnya asap.
Semua pencapaian tersebut terjadi pada saat London merupakan kota dengan 20 ribu penduduknya buta huruf dan melupakan kemajuan yang pernah dienyam Romawi 600 tahun sebelumnya. Lampu dan jalanan yang rapi tidak ada baik di London maupun Paris hingga ratusan tahun kemudian.
Gereja Katolikk melarang peminjaman uang dan menghalangi kemajuan ekonomi. Kristen Eropa pada abad itu adalah sekumpulan bangsa barbar, kotor, buta huruf dan penuh khurafat.
Pada abad eksplorasi Eropa, Spanyol dan Portugis menjadi pemimpin maritim dunia. Itu adalah jasa bangsa Moor dalam teknologi navigasi seperti astonomi dan instrumen pengukuran sudut, serta perbaikan dalam ilmu kartografi dan pembangunan kapal yang menjadi tanda kebangkitan abad eksplorasi. Dengan demikian, era dominasi dunia oleh barat pada separuh milenium sebelumnya berasal dari jasa para pelaut Moor dari semenanjung Iberia selama 1300-an.
Jauh sebelum kerajaan-kerajaan Spanyol menugaskan Columbus mencari tanah bagi Barat, para Muslim Afrika, diantara lainnnya, telah sejak dulu membangun kontak penting dengan bangsa Amerika dan memberikan kesan yang mendalam bagi budaya bangsa asli.
Orang hanya heran bagaimana Columbus menemukan Amerika ketika orang yang sangat beradab dan modern telah menyaksikannya pantai-pantai Amerika?
Pelbagai bukti baru bermunculan yang membuktikan bahwa bangsa Afrika telah terbiasa berlayar menyeberangi samudera Atlantik ke Amerika, ribuan tahun sebelum Columbus dan bahkan sebelum kelahiran Yesus. Dr Barry Fell dari Universitas Harvard memberikan banyak bukti kehadiran Muslim di Amerika sebelum Columbus dari pelbagai peninggalan sejarah seperti tradisi oral, koin, laporan saksi mata, artifak kuno, dokumen Arab dan pahatan.
Bukti paling kuat kehadiran bangsa Afrika di Amerika sebelum Columbus justru datang dari pena Columbus sendiri. Pada 1920, sejarahwan dan ahli bahasa Amerika, Leo Weiner dari Universitas Harvard dalam bukunya, Africa and the Discovery of America menjelaskan bagaimana Columbus menulis dalam jurnalnya yang dikonfirmasi oleh Native Americans, “Orang-orang kulit hitam telah datang dari selatan-timur dengan kapal-kapal mereka, berdagang tombak bertahtakan emas.”
Muslim Spanyol tidak hanya mengumpulkan dan merawat kemajuan intelektual peradaban Mesir, Yunanai dan Romawi kuno, namun juga mengembangkan peradabannya sendiri dalam pelbagai bidang dari astronomi, farmakologi, navigasi maritim, arsitektur dan hukum.
Kesan berabad-abad yang diberikan para ilmuwan Barat bahwa benua Afrika sedikit sekali memberikan kontribusi atas peradaban dan penduduknya secara alamiah adalah orang-orang primitif jelas berdasarkan atas prasangka rasial, perbudakan, kolonialisme dan tekanan ekonomi yang terjadi atas bangsa Afrika. Jika bangsa Afrika hendak menulis kembali sejarahnya yang benar, mereka akan dapat mengungkapkan kejayaan yang mereka dapat raih kembali. Bagaimanapun juga, ancaman terbesar atas Afrika atas keinginan untuk memperoleh masa depannya yang gemilang adalah karena ketidakpedulian bangsanya atas masa lalunya yang gemilang.
Sumber: http://permatafm.com/home/sejarah-yang-disembunyikan-bagaimana-muslim-afrika-mendidik-spanyol-dan-eropa/
www.indahnyaislam.ny
C&P: 27 JULAI 2021 @ 17 ZULHIJJAH 1442H: 5.56 PM
No comments:
Post a Comment