Monday, 8 December 2014

Sheikh Yusuf Estes: Pendakwah Islam yang disegani di Amerika

Dr. Yusuf Estes lahir tahun 1944 di Ohio, AS. Tahun 1962 hingga 1990 ia bekerja di gereja, penganut ajaran Injil sekali gus mengelolakan perniagaan alat muzik piano dan organ. Awal 1991 ia terlibat perniagaan dengan seorang pengusaha Muslim asal Mesir bernama Muhammad Abd Rahim.
Awalnya ia bermaksud mengkristiankan pemuda Mesir itu. Namun akhirnya ia memeluk ajaran Islam diikuti oleh isteri, anak-anak, ayah serta mertuanya. Ia menguasai bahasa Arab secara aktif, demikian juga ilmu Al-Quran selepas belajar di Mesir, Maroko dan Turki. Sejak 2006, Yusuf Estes selalu kelihatan di PeaceTV , Huda TV , rancangan TV islam yang diterbitkan Britain. Ia juga muncul dalam siri televisyen Islam untuk anak-anak bertajuk “Qasas Ul Anbiya” yang bercerita tentang kisah-kisah para Nabi.
Yusuf terlibat aktif di berbagai aktiviti dakwah. Misalnya, ia menjadi imam tetap di markas askar AS di Texas, dan di penjara sejak tahun 1994, dan pernah menjadi delegasi PBB untuk perdamaian dunia. Syekh Yusuf telah mengislamkan banyak kalangan, dari birokrat, guru, hingga pelajar. Berikut kisah Syekh Yusuf sebagaimana diterbitkannya di website islamtomorrow . Seperti mana yang dinyatakan di bawah ini;
Nama saya Yusuf Estes. Pada masa ini dipercayai memimpin sebuah organisasi bagi Muslim asli Amerika. Kini seluruh hidup saya, saya berikan untuk Islam. Saya mengembara di seluruh dunia untuk memberikan ceramah dan berbagai pengalaman bagaimana Islam hadir dalam diri saya. Organisasi kami terbuka untuk berdialog dengan berbagai kalangan seperti pendeta, rabbi (ulama kaum Yahudi) dan lainnya di mana pun mereka berada.
Kebanyakan bidang kerja kami adalah kawasan seperti kem askar, universiti, hingga penjara. Tujuan utama adalah untuk menunjukkan Islam yang sebenarnya dan memperkenalkan bagaimana hidup sebagai seorang Muslim. Meskipun Islam saat ini berkembang sebagai salah satu agama terbesar, kedua setelah Kristian, namun masih banyak lagi yang tidak mengetahui tentang Islam. Misalnya Islam selalu beridentitikan dengan hal yang berbau Arab.
Ramai bertanya pada saya bagaimana mungkin seorang pendeta atau pasteur Kristian boleh masuk Islam. Padahal tiap hari kami menyampaikan kebenaran Kristian. Belum lagi dengan berita-berita negatif tentang perilaku buruk Islam di media. Pasti tidak ada orang yang tertarik dengan Islam. Pernah seorang pemuda Kristian bertanya pada saya melalui e-mel kenapa dan bagaimana saya meninggalkan Kristian dan masuk Islam. Saya berterima kasih pada semua yang bersedia mendengar kisah saya berikut ini. Semoga di redai Allah..

Keluarga mentaati ajaran Kristian
Saya lahir di Ohio, besar dan bersekolah di Texas. Dalam tubuh saya mengalir darah Amerika, Irlandia dan Jerman hingga sering disebut WASP (white anglo saxon protestant). Keluarga kami adalah penganut Kristian yang sangat taat. Tahun 1949, ketika masih di bangku rendah kami pindah ke Houston, Texas. Saya dan keluarga sering hadir secara rutin ke gereja. Malah saya dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas.
Sebagai seorang remaja, saya punya keinginan untuk berkunjung ke banyak gereja di berbagai tempat untuk menambah pengalaman dan pengetahuan Kristian. Pada masa itu saya benar-benar mendalami perihal agama. Tidak hanya ajaran Kristian, bahkan ajaran Hindu, Buddha, Yahudi, hingga Metafisika juga saya pelajari. Hanya satu ajaran yang saya tidak begitu serius dan bahkan tidak berminat sama sekali, iaitu Islam.
Saya suka muzik terutama klasik. Hingga saya sering dapat undangan menyanyi di berbagai gereja. Di sekitar tahun 1960-an saya mengajar muzik dan tahun 1963 punya studio sendiri di Laurel, Maryland yang saya beri nama “Estes Music Studios.” Hingga tahun 1990 atau hampir 30 tahun lamanya saya bersama dengan ayah mengelola perniagaan entertainment. Kami juga punya kedai alat muzik piano dan organ di Texas, Oklahoma hingga Florida.
Ayah dulu pernah aktif dalam pelbagai kegiatan gereja. Mengadakan sekolah mingguan hingga aktivis pengumpul dana bagi mengembangkan sekolah Kristian. Dia sangat menguasai Bible dan juga terjemahannya. Melalui ayah pula saya belajar Bible dalam pelbagai versi dan terjemahan.
Ayah saya, seperti kebanyakan pendeta lainnya, selalu mendapat pertanyaan: ”Apakah Tuhan yang menulis Bible?”
Biasanya jawapannya adalah: “Bible adalah rangkaian kata inspirasi seorang lelaki yang berasal dari Tuhan.”
Itu bermakna, menurut saya, manusialah yang menulis Bible. Tentu saja, selama bertahun-tahun, jawaban itu menimbulkan banyak tanggapan bahkan penolakan. Namun ayah selalu menambahkan,” Akan tetapi (Bible) itu tetap kata dari Tuhan yang diilhamkan kepada manusia.” Begitulah.

Mencari Tuhan
Bila dewasa dan telah berkerja sendiri, akhirnya saya “menyerah”. Saya tidak mungkin jadi seorang pendeta. Saya takut menjadi hipokrit. Saya belum boleh menerima tentang konsep Tuhan itu satu namun pada saat yang sama Dia menjadi “Tiga” atau Trinitas. Saya selalu bertanya-tanya, jika Dia “Tuhan Bapa” bagaimana mungkin pada saat yang sama juga menjadi “Anak Tuhan?”
Selama bertahun-tahun saya mencuba mencari Tuhan dengan berbagai cara. Saya pelajari dan meneliti dalam agama Buddha, Hindu metafizikal, Taoisme, Yahudi dan banyak lagi. Bertahun-tahun saya pelajari hingga mendekati usia ke-50 saya belum menemukan siapa Tuhan yang sebenarnya. Lalu saya mencuba bergaul dengan banyak kalangan, termasuk dengan para mubaligh Kristian dan penganut Injil yang punya pengalaman di berbagai tempat dan negara. Kami sering melakukan perjalanan jauh. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan. Tidak ada yang mahu menjawab siapa yang menulis Bible sebenarnya, kenapa Bible banyak versi padahal bukunya sama, kenapa banyak sekali terdapat kesalahan versi terkini dengan versi terdahulu. Dan, bahkan, dalam berbagai versi Bible, saya tidak menemukan satu pun kata “Trinitas.”
Saya menjadi kurang yakin. Mereka masih mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut. Akhirnya terjadi sesuatu yang memperkenalkan saya dengan Islam. Ini memberikan jawapan pada semua konsep-konsep dan keyakinan-keyakinan yang saya tanggung selama bertahun-tahun. Ia memberikan jawaban atas pertanyaan dengan cara, aneh dan ganjil.

Jumpa pemuda Mesir
Ceritanya, awal 1991 ayah mencuba menjalin perniagaan dengan seorang pengusaha dari Mesir. Ia meminta saya untuk bertemu dengan pemuda Mesir itu. Bagi saya inilah kali pertama mengadakan kontak perniagaan antarabangsa. Yang saya tahu tentang Mesir adalah piramid, patung Sphinx, dan sungai Nil. Hanya itu. Lalu ayah menyebut bahawa pemuda itu seorang Muslim.
Apa? Islam? Saya tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Menjalin hubungan dengan orang Islam? Spontan jiwa saya menolak. Tidak, no way! Saya mengingatkan ayah agar membatalkan kontak dengan pemuda itu dengan menyebut hal-hal negatif tentang orang Islam. Orang Islam pengganas, tamak, penculik, pengebom, dan entah apa lagi. Saya sebut juga mereka (orang Islam) tidak percaya dengan Tuhan, tiap hari kerjanya mencium tanah lima kali sehari, dan menyembah kotak hitam di tengah padang pasir ( Kaabah). Tidak! Saya tidak mahu jumpa orang itu.
Ayah tetap mendesak. Ia menyebut orang itu sangat ramah dan baik hati. Akhirnya saya menyerah dan bersedia bertemu dengan pengusaha Islam tersebut. Tapi untuk pertemuan tersebut saya mengenakan “Syarat” tertentu. Antara lain; saya mahu bertemu dengannya pada hari Minggu setelah kegiatan di gereja, sehingga punya “kekuatan” kala bertemu nanti. Saya mesti bawa Bible, pakai baju jubah bertulisan “Yesus Tuhan Kami.” Isteri dan kedua anak perempuan saya juga harus datang di saat pertemuan pertama kali dengan orang Islam itu.
Sampai hari yang dijanjikan. Ketika saya masuk kedai, terus bertanya pada ayah mana orang Islam itu. Ayah menunjuk seorang laki-laki di dekatnya. Tiba- tiba saya merasa kebingungan. Ah sepertinya pemuda itu bukan si Islam yang dimaksudkan. saya terkedu. Penampilannya tidak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki asal Mesir itu tidak berjanggut, bahkan tidak punya rambut sama sekali / botak. Ia tidak berserban dan tidak pula berjubah. Malah pakai vest.
Saya memandang di segenap ruang. Mengamati orang-orang yang hadir. Saya mencari-cari orang yang pakai jubah dengan serban melilit di kepalanya, berjanggut lebat serta alis mata tebal. Khas orang Arab. Namun tidak ada seorang pun yang memenuhi kriteria saya. Yang lebih mengejutkan, pemuda itu malah menegur saya dengan sangat ramah. Ia menyambut dan menjabat tangan saya dengan hangat. Namun saya tidak terkesan dengan tingkahnya itu. Terlintas di fikiran, yakni bagaimana untuk mengkristiankan pemuda Mesir itu.
Interaksi
Selepas perkenalan singkat, saya pun mulai “berinteraksi” pemuda Mesir tersebut. Anda percaya dengan Tuhan? Sebagai pembuka bicara. Pemuda itu menjawab ya. Saya mengajukan lagi dengan rentetan pertanyaan lain seperti keyakinan Islam kepada Nabi Adam, Ibrahim. Musa, Daud, Sulaiman hingga Isa Al-Masih. Saya dibuat terpesona ketika mendengar jawapannya. Ia menjelaskan Islam percaya dengan Nabi-Nabi yang saya sebut tadi. Bahkan makin ternganga kala diberitahu Islam juga beriman dengan salah satu Kitab Allah yakni Injil dan Nabi Isa adalah salah satu utusanNya.. Fantastik!
Yang membuatkan saya seronok adalah tatkala mengetahui ternyata Islam juga percaya dengan Al-Masih (baca: Nabi Isa). Dalam Islam ternyata Isa diimani; sebagai utusan Tuhan dan bukan Tuhan, lahir tanpa seorang ayah, ibunya adalah Maryam. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya untuk mempelajari Islam lebih lanjut. Kenapa selama ini saya sangat benci dengan Islam. Kini saya harus mempelajarinya?
Akhirnya kami jadi sering bertemu dan berbincang terutama tentang keimanan. Pemuda ini sangat lain. Ramah, tenang, dan pemalu. Ia mendengar dengan serius setiap kata-kata saya dan tidak memprotes sedikit pun. Lama kelamaan saya jadi menyukai pemuda itu. Namun masih terfikir bagaimana cara untuk mengajaknya masuk Kristian. Orang ini sangat berpotensi menurut saya.

Menjadi rakan kongsi perniagaan
Saya akhirnya setuju untuk menjalin perniagaan dengan pengusaha Mesir itu. Kami sering mengadakan perjalanan perniagaan di sepanjang kawasan Utara Texas. Sepanjang hari kami berbincang hal keyakinan Islam dan Kristian disamping masalah perniagaan. Kami bicara tentang konsep Tuhan, makna hidup, maksud penciptaan manusia dan alam serta isinya, tentang Nabi, dan sebagainya
Satu ketika saya dapat khabar Muhammad bermaksud pindah rumah. Selama ini ia tinggal bersama dengan seorang temannya. Ia merancang untuk tinggal di masjid selama beberapa waktu. Saya dan ayah mengajaknya tinggal di rumah kami saja. Ia pun setuju.
Suatu hari seorang teman saya –seorang pendeta- mengalami serangan jantung. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat dan tinggal seketika di sana. Saya menjenguknya beberapa kali dalam seminggu. Muhammad sering saya ajak serta. Rupanya teman saya itu tidak begitu suka. Bahkan ia dengan nyata menolak membincangkan apa pun tentang Islam. Hingga satu hari datang pesakit baru. Seorang pemuda yang kemudian tinggal satu bilik di rumah sakit dengan teman saya. Ia menggunakan kerusi roda. Saya berkenalan dengan pemuda itu. Sekilas tampaknya pemuda itu seperti sedang mengalami masalah kewangan.
Pemuda di kerusi roda mencari Tuhan
Akhirnya saya tahu pemuda itu kesepian dan mengalami masalah kewangan serta memerlukan teman dalam hidupnya. Jadilah saya mencuba mengingatkan dia tentang Tuhan. Saya kisahkan tentang Nabi Yunus yang hidup dalam perut ikan. Sendirian dalam gelap namun masih ada Tuhan bersamanya.
Selepas mendengar kisah itu, pemuda berkerusi roda itu mendongakkan kepalanya seraya meminta maaf. Ia menceritakan bahawa ada sedikit masalah yang melandanya. Selanjutnya ia ingin mengakuinya kesalahannya itu di hadapan saya. Saya menjelaskan bahawa saya bukan seorang pendeta. Pemuda itu justeru menjawab; “Sebenarnya saya dulu seorang pendeta.”
“Apa? Saya baru berceramah dengan seorang pendeta ? Saya benar-benar seronok kala itu. Kenapa jadi begini? Apa yang terjadi dengan dunia ini sebenarnya?
Rupanya pendeta itu –namanya Peter Jacobs- adalah bekas mubaligh yang menjelajah di sekitar Amerika Latin dan selama 12 tahun. Kini ia mengalami tekanan dan perlukan istirahat. Saya menawarkannya untuk tinggal di rumah kami. Dalam perjalanan ke rumah, saya berdiskusi dengan Peter tentang Islam. Saya sungguh terkejut kala diberitahu para pendeta Kristian juga belajar tentang Islam, malahan ada memiliki taraf doktor di bidang itu. Sudah tentu ia merupakan perkara yang baru saya ketahui..
Sejak itu, Muhammad, Peter dan saya sering terlibat diskusi hingga larut malam. Satu ketika masuk ke masalah kitab-kitab suci. Saya takjub kala Muhammad menceritakan bahawa dari pertama diturunkan hingga saat ini atau selama 1400 tahun Al-Quran hanya ada satu versi. Al-Quran dihafal oleh jutaan Muslim di seluruh dunia dengan satu bahasa iaitu Arab. Sungguh mustahil. Bagaimana mungkin kitab suci kami boleh berubah-ubah dengan berbagai versi sementara Al-Quran tetap terpelihara?

Sang pendeta masuk Islam!
Satu hari pendeta Peter Jacobs ingin melihat apa yang dilakukan orang Islam di Masjid. Ia pun ikut Muhammad. Sepulang dari sana saya bertanya pada Peter ada kegiatan apa di sana. Peter menyebut tidak ada acara apa-apa di masjid. Mereka (orang Islam) cuma datang dan bersembahyang saja. Tidak ada acara istiadat . Apa? tidak ada ceramah atau nyanyian ?
Beberapa hari kemudian Peter minta ikut lagi ke masjid. Namun kali ini lain. Mereka tidak pulang-pulang hingga larut malam. Saya khuatir sesuatu terjadi terhadap mereka. Akhirnya Muhammad kembali dengan seorang pemuda berjubah. Saya sungguh terkejut dengan laki-laki yang datang bersama Muhammad itu. Ia mengenakan jubah dan kupiah putih. Ah rupanya si Peter. Ada apa dengan kamu tanya saya. Jawaban Peter bak petir di siang hari. Ia menyebut sudah bersyahadah. Oh Tuhan! Apa yang terjadi? Pendeta masuk Islam?
Saya benar-benar seronok dan semalaman tidak boleh tidur memikirkan hal itu. Saya ceritakan kejadian tersebut kepada isteri. Isteri saya justeru menyatakan ia juga ingin masuk Islam, karena itulah yang benar. Oh Tuhan! Saya benar-benar tidak percaya. Saya turun ke bawah dan membangunkan Muhammad seraya minta waktu diskusi dengannya. Sepanjang malam hingga subuh kami bertukar pendapat. Muhammad minta izin solat Subuh. Ketika itu saya mendapat firasat, kebenaran telah datang. Saya harus membuat pilihan. Lalu saya keluar rumah. Persis di belakang rumah, saya memungut sepotong papan. Lalu saya letakkan papan itu menghadap ke arah orang Islam solat. Saya pun bersujud menghadap kiblat dan meminta pertunjukNya.

Sekeluarga masuk Islam Yusuf Estes Father
Pagi itu, pukul 11, saya bersyahadah di hadapan dua orang saksi, bekas pendeta Peter Jacobs dan Muhammad Abd. Rahman. Alhamdulillah, di usia ke-47 saya jadi seorang Muslim. Beberapa minit kemudian isteri saya juga ikut bersyahadah. Ayah baru memeluk Islam beberapa bulan kemudian. Sejak itu saya dan ayah sering ke masjid terdekat di kota kami. Ayah mertua saya akhirnya juga mengikuti kami. Di usianya yang ke-86 ia memeluk Islam. Mertua saya meninggal persis beberapa bulan selepas bersyahadah. Semoga Allah ampuni dia. Amin.
Adapun anak-anak saya pindahkan dari sekolah Kristian ke sekolah Islam. Setelah sepuluh tahun bersyahadah, mereka telah mampu menghafal beberapa juz Al-Quran.
Sejak itu saya habiskan waktu hanya untuk Islam. Saya berdakwah ke mana-mana, hingga ke luar Amerika. Banyak sudah yang memeluk Islam. Baik dari kalangan birokrat, guru, dan pelajar dari berbagai agama. Dari Hindu, Katolik, Protestan, Yahudi, Rusia Ortodoks, hingga Ateis. Saat ini saya juga mengelola sebuah website yakni Islamalways. com yang punya moto terkenal, ” where we’re always open 24 hours a day and always plenty of free parking.” (kami buka 24 jam sehari dan banyak tempat parkir percuma).
Islam telah mengubah cara saya melihat kehidupan ini dengan lebih bermakna. Semoga Allah pelihara hidayah yang sudah ada pada kita dan sebarkan hidayah itu ke seluruh alam. Amin.



Sumber:http://duniamuslim.my/
8.12.2014

No comments: