Julaibib
Daripada Wikipedia,
ensiklopedia bebas.
Julaibib merupakan seorang pemuda
yang berasal dari kota Madinah.
Sifat fizikalnya yang rendah dan tidak menarik menyebabkan beliau kurang
dikenali di Madinah. Namun, Julaibib r.a. adalah salah seorang sahabat
Rasulullah S.A.W. yang amat disayangi oleh baginda S.A.W.
[sunting]Kehidupannya
Disebabkan keadaan fizikalnya yang kurang
menarik, masyarakat Madinah kurang senang dengan keberadaan beliau di kota
tersebut.
Anas bin Malik menuturkan, “Ada seorang
sahabat Rasulullah S.A.W. yang bernama Julaibib dengan wajahnya yang kurang
tampan. Rasulullah menawarkan pernikahan untuknya. Dia berkata, “Kalau begitu
aku orang yang tidak laku?” Rasulullah S.A.W. menjawab, “Engkau di sisi Allah
orang yang laku.” (HR Ya’la)
Selepas peristiwa Hijrah, baginda Rasulullah S.A.W mengangkat martabat
beliau dalam hadithnya yang bermaksud :
"Sesungguhnya Julaibib ini sebahagian
daripada aku dan aku ini sebahagian daripada dia"
[sunting]Pernikahan
Julaibib r.a.
Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari
Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam agar beliau menikahinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepadanya, “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.” “Ya, dan
sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang.
Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…”
“Lalu, untuk siapa?” tanyanya. Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…” Ia
terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat
ibunya….”
Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya
seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar
putrimu.” Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…” “Menjadi istri
Rasulullah!” tambahnya girang. Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak
menginginkannya untuk diri beliau.” “Lalu, untuk siapa?” tanyanya. “Beliau
menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya.
Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku
untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku
dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…”
katanya lagi.
Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan
ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang
melamarku kepada kalian?” “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab
keduanya. Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam?” “Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya. Sang bapak
pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan
Julaibib.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun
menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,
اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا
وَلَا تَجْعَلْ عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا
“Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya
kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”
[sunting]Jasa
dan Perjuangannya
Julaibib setia mengikuti baginda dalam ekspedisi peperangan. Namun beliau
terkorban dan jenazahnya ditanam oleh baginda
sendiri.
Tidak selang beberapa hari pernikahannya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dalam peperangan, dan Julaibib ikut
serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan manusia mulai saling mencari
satu sama lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka,
“Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan
dan fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian
kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan si fulan dan si
fulan…”
Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian
kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…”
Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.”
Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara
orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena
pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di
sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian
mereka membunuhnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri
memandangi mayatnya, lalu berkata,”Dia membunuh tujuh orang lalu mereka
membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari
golonganku dan aku dari golongannya.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar
menggali tanah untuk menguburnya.
Anas bertutur, “Kami pun menggali kubur,
sementara Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di
liang lahatnya.” Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah! Tidak ada di
tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada istrinya.
Kemudian, para tokoh pun berlomba melamarnya setelah Julaibib…” Benarlah, “Dan barangsiapa yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya,
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An-Nur: 52).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah
bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali
yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang engan
itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan
barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.”
Di nukil dari, “90 Kisah Malam Pertama” karya
Abdul Muththalib Hamd Utsman, edisi terjemah cet. Pustaka Darul Haq Jakarta.
alsofwah.or.id Artikel www.Kisahmuslim.com
No comments:
Post a Comment